
Tuesday, 30 April 2013
PEMAHAMAN RUQYAH SECARA SYAR'IYYAH
Islam ini adalah agama yang kamil (sempurna) dan syamil (menyeluruh), dengan kesempurnaannya Islam telah menjawab semua kebutuhan yang diperlukan umatnya. Bahkan dalam mengatasi segala seluk beluk gangguan jin, Islam telah mengajarkannya. Kalau kita mau membuka mata dan mencoba mempelajari seluk beluk jin dan segala tipu dayanya, maka kita akan mendapatkan banyak pelajaran yang luar biasa dari literatur khasanah Islam. Mulai dari kitab-kitab karya Ibnu Qoyyim Al-Jauzi yang banyak sekali membahas tentang tipu daya jin terhadap manusia, penyakit hati dan obatnya dan berbagai ilmu tentang masalah yang ghaib. Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya talbis iblis, Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al Furqon baina auliya’ ar rohman wa auliya’ syaithon, hingga Ulama’ kekinian seperti Syaikh Wahid Abdus Salam Bali (Wiqoyatul Insan minal jin Was Syaithon), Syaikh Abdullah bin Muhammad As-Sadhan (qowa’id Ar Ruqyah As Syar’iyah), dan lain-lain.
Melihat dari besarnya perhatian ulama’ terhadap dunia jin tersebut, menggambarkan betapa urgennya kita mengetahui dan memahami keberadaan mereka. Selanjutnya dengan sadar akan keberadaan mereka, kita akan menjadi selalu waspada dari gangguan dan tipu daya mereka. Akan tetapi ada sebagian dari umat Islam sendiri merasa kurang percaya diri dengan apa yang telah diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan menganggap kurang sehingga mereka mencari penyelesaian dengan cara yang bathil. Ada di antara golongan ini orang-orang yang berilmu tetapi tersesat dan juga memang karena ketidakahuannya. Ada juga sebagian dari umat Islam yang tidak percaya atau setengah percaya (dalam keraguan) terhadap segala hal yang berhubungan dengan ruqyah. Karena mereka beranggapan bahwa ruqyah adalah sesuatu yang berlebihan. Kesan ini muncul karena mereka tidak menyadari keberadaan musuh kita dari kalangan bangsa jin.
Di antara sebab kita harus mempelajari dan memahami ilmu yang berkaitan dengan jin itu adalah:
1. Sumpah Iblis untuk menyesatkan manusia
“Wahai Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (Q.S. Al Hijr: 39)
Apakah ketika kita membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut kita memahami bahwa sumpah iblis tersebut main-main? Pasti kita sebagai hamba yang beriman akan yakin bahwa sumpah iblis tersebut bukan gurauan belaka tetapi hak (benar adanya). Apakah dengan begitu kita bisa santai dan acuh tak acuh terhadap keberadaan musuh kita yang nyata tersebut? Akan tetapi karena kita tidak bisa melihatnya, acapkali kita meremehkannya dan menganggapnya tidak ada. Bahkan karena kita terlalu melalaikan keberadaan musuh kita tersebut kita tidak mau tahu dan enggan untuk mempelajari segala tipu daya mereka. Sedangkan iblis dan bala tentaranya senantiasa menyerang kita secara agresif, intensif dan penuh dengan trik. Mereka tidak kenal kata menyerah, mereka tidak kenal istirahat bahkan ketika tidur pun kita diganggu. Seperti yang dikabarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam dalam hadist riwayat bukhari dan Muslim:
“Setan mengikatkan tali ke tengkuk manusia dengan tiga ikatan di saat tidur, dia mengencangkan talinya setiap kali mengikat sembari berkata, “Malammu masih panjang, maka tidurlah.” Maka jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah, lepaslah satu ikatan. Jika dia berwudhu, lepaslah satu ikatan berikutnya. Dan jika ia melanjutkan dengan sholat, maka lepaslah satu ikatan berikutnya, hingga pagi harinya ia bersemangat dan jernih jiwanya. Namun jika tidak (melakukan ketiganya), paginya menjadi keruh jiwanya dan malas.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Serangan Iblis dari segala penjuru dalam memperdaya manusia
Mereka senantiasa membuat makar untuk meyesatkan manusia dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan kesyirikan dan kekufuran, bid’ah, perbuatan dosa dan maksiat, melihat perbuatan buruk sebagai perbuatan baik, berlebihan dalam agama (ghuluw), dan lain-lain. Dengan berkembangnya zaman maka bangsa iblis dan tentaranya ini juga semakin berkembang model penyesatan dan serangannya terhadap manusia. Bukankah ia akan menyerang kita dari segala penjuru kehidupan kita, sebagaimana tekadnya:
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al A’raaf: 17)
Coba kita cermati tekad iblis dalam menyesatkan manusia tersebut, bagaimana mereka tidak kenal lelah untuk memperdaya kita agar kita jauh dari ketaatan. Pernahkah kita menyadari serangan mereka, sadarkah kita bahwa setiap detik dari hidup kita selalu ada serangan dari iblis? Atau bahkan sebaliknya kita terlalu terlena dengan kehidupan dan tidak menyadari serangan musuh kita (yang memang tidak tampak), sehingga tiba-tiba kita menyadari diri kita sudah berada dalam kubangan dosa dan kemaksiatan? Selanjutnya iblis pun menghembuskan rasa putus asa terhadap dosa dan maksiat yang telah kita lakukan. Begitulah iblis akan senantiasa membuat makar untuk menjatuhkan kita sejatuh-jatuhnya dan akhirnya menjadikan temannya di neraka. Na’udzubillah
3. Musuh kita (setan) itu nyata
Ketika kita mengikuti prosesi ruqyah maka kita akan benar-benar ditunjukkan bahwa musuh kita memang nyata. Setiap maksiat yang kita lakukan (dalam hal menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya) maka ada campur tangan setan di dalamnya. Ketika kita menyelisihi Allah maka yang datang setan dan sebaliknya. Ingatlah dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “...dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS: Al Baqarah: 168). Bahkan ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Thibbul Nabawi[1] mengatakan bahwa seandainya tabir itu dibuka, pasti kita akan menyaksikan kebanyakan jiwa manusia dikuasai roh jahat (jin). Dan Abu Bakar Al Jaza’iri[2] menyatakan, “Kalaulah tidak ada penjagaan malaikat yang ditugaskan Allah I untuk menjaga manusia niscaya tidak ada manusia yang selamat dari gangguan jin dan setan, karena manusia tidak dapat melihat mereka dan kemampuan mereka untuk berubah bentuk dengan cepat karena fisik mereka yang halus sehingga tidak bisa kita rasakan.”
Iblis dan bala tentaranya akan mengganggu manusia dari sisi yang terlemah darinya. Dia akan selalu menyerang kita dari segala penjuru kehidupan kita, ketika kita lemah maka dia bisa menguasai kita dan mempengaruhi pribadi kita. Dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, jin ini bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi bagi mereka yang jauh dari ketaatan maka jin ini akan ada dalam dirinya, selanjutnya akan mempengaruhi kepribadiannya, walhasil bisa menjadi karakter yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, pada sebagian orang yang mengabaikan gangguan jin dalam dirinya, maka jin yang ada dalam tubuhnya akan mempengaruhi karakteristik kepribadiannya. Dan biasanya orang seperti ini dalam kehidupan bermasyarakat akan mengalami banyak benturan dengan lingkungannya. Baik di antara anggota keluarganya, sahabatnya, maupun dalam berbagai hubungan sosial.
4. Banyaknya Umat Islam yang Jahil (bodoh)
Umat Islam semakin jauh dari agamanya, itulah fenomena yang sedang kita hadapi di zaman sekarang ini. Yang mana berbagai kasus orang yang terkena gangguan jin, kebanyakan mereka jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (kurang taat), tidak tahu cara membentengi diri dari gangguan jin. Mereka sering kali menggunakan jasa dukun dan tukang sihir dengan berbagai kedoknya. (Dalam hal ini Pernah penulis jumpai rekan penulis untuk menyembuhkan orang kesurupan pake keris, akik, minyak jafaron, Sebenarnya dia tahu gak kalo gitu itu syirik???? red,.............)Karena kebodohannya itulah menyebabkan umat Islam semakin terjerumus dalam dosa terbesar yaitu syirik, yang menjadikan yang bersangkutan semakin jauh dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika manusia telah jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka yang mendekat adalah setan.
Dengan metode ruqyah Syar’Iyah yang sedang digalakkan sekarang ini, kita berharap ada pencerahan dalam diri umat Islam untuk menghidupkan kembali ilmu ruqyah secara syar’i yang betul betul syar’i. bahwa ruqyah itu bukan hanya sekedar mengeluarkan jin, tetapi lebih mengarah kepada perbaikan diri, keluarga dan masyarakat kepada jalan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu jalan yang lurus (shirathol mustaqin). Karena inti dari ilmu ruqyah itu yang diajarkan adalah agar orang yang terkena gangguan jin bisa sadar akan kesalahan (maksiat/dosa) yang dilakukannya, selanjutnya harus taubat, baru kemudian dibimbing dalam ketaatan. Proses ruqyah seperti ini membutuhkan pendampingan dan pembimbingan yang tidak sebentar. Tetapi apabila diikuti, insya Allah mendapatkan hasil yang luar biasa. Oleh karena itu, ruqyah itu bukan tujuan tetapi sebagai sarana dakwah untuk mengembalikan umat Islam kepada jalan kebenaran yaitu jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Untuk menghindari dan memahami segala bentuk tipu daya iblis ini maka seharusnya kita harus tahu ilmunya, dengan ilmu itu selanjutnya kita bisa mengamalkannya. Ilmunya adalah kita harus senantiasa mempelajari apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam ajarkan dalam al Qur’an dan sunnah. Bentengi diri kita dari gangguan iblis dan bangsanya dengan doa-doa yang telah diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, jangan menambahi atau mengurangi sedikit pun. Ketika kita mengamalkan apa yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya maka segala tipu daya iblis dan bangsanya adalah sangat lemah. Karena pada dasarnya iblis dan bangsanya adalah lemah ketika kita dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, dan kuat ketika kita jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dan ingatlah iblis dan bala tentaranya tidak akan mampu menyesatkan manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketika kita manjadi hamba yang ikhlas (mukhlis).
“…kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (Q.S: Al Hijr: 40)
Oleh karena itu, marilah kita mambangun keikhlasan, memurnikan ketaatan hanya untuk Allah Azza wa Jalla. Memurnikan ibadah kita hanya untuk mengharapkan ridho-Nya dan indahnya melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.Sumber : 1. Artikel Majalah Al Umm2. Ruqyah Syar'iyyah, Abdullah bin Abdul Aziz Al Aiidan3. Syarah Kitab Tauhid, Syaikh Bin Baaz4. Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar'iyyah, Musdar Bustamam Tambusai5. Kumpulan Hadist & Terjemahan Al Qur'an

Friday, 26 April 2013
HUBUNGAN JENIS-JENIS JIN & KEPRIBADIAN MANUSIA
Kedua, pencitraan jin dalam bentuk manusia , misalkan manusia bersorban, biasanya suka berdebat, cenderung sok religi, merasa benar dengan pendapatnya, senang dengan kebid’ahan, jika di ruqyah akan melawan dengan membaca ayat Al Qur’an pula, terkadang membantu ketaatan; misalkan membangunkan sholat malam, dzikir dengan bacaan tertentu, dll, dalam beribadah cenderung mengandalkan semangat tanpa ilmu, mudah mengelabuhi peruqyah karena antara jin dan manusianya hampir sama. Jika manusia bentuk tinggi, besar, hitam, mata merah biasanya mengaku dari kalangan ifrit. Sifatnya ganas, jahat, reaktif, suka mengancam, memukul, tidak cerdas, nafsu besar, mudah tersinggung dsb. Cirinya dia gampang menyerah, tunduk dan masuk Islam jika kalah. Jika manusia bentuk pocong, cirri menonjol adalah pendusta, spesialisasi mengingat masa lalu yang buruk. Jika jin yang masuk mencitrakan dirinya manusia setengah hewan, seperti bentuk uniqron, manusia setengah kuda menggambarkan karakter setengah manusia dan binatang kadang tampak bijak tapi kadang tiba-tiba langsung garang. Jika jin yang masuk mencitrakan dirinya manusia tua, maka jenis jin ini biasanya mewakili jin turunan (dari buyut/neneknya yang punya jimat atau pusaka) (Makanya dalam Islam tidak diperbolehkan menyimpan jimat, rajah, akik, keris dsb, biasanya penulis jika akan meruqyah seseorang hal-hal tersebut harus segera dimusnahkan terlebih dahulu, red) atau sihir yang sudah lama; mempunyai sifat temuwo, suka benda-benda antic, senang mitos, jahat. Terkadang orang kemasukan jin karena hobinya mancing yang ekstrem, biasanya jika di ruqyah hamper semua binatang air ada dalam tubuhnya. Ada juga yang mengaku kuntilanak, Nyi roro kidul, perempuan muda (Yang terakhir ini jadi ingat Martika Sari Anak SMK IKIP Kelas XII Pemasaran yang rumahnya Tambak Grinsing itu,..he he he he,………….red)
Semuanya yang dijelaskan diatas adalah berdasarkan sumber data penulis, rekan-rekan penulis dan juga dari literature kitab-kitab. Jadi dapat disimpulkan bahwa jin yang masuk ke dalam tubuh manusia akan membaca pikiran manusia dengan segenap keyakinan dan kebiasaan perilaku hidupnya yang kemudian menyesuaikan dirinya dengan apa yang diyakini oleh manusia tersebut. Di situlah jin akan mencitrakan dirinya sesuai dengan kebiasaan orang tersebut dan juga mitos-mitos yang ada berkembang di masyarakat. Wallahu’alam bi showab.
Sumber :
1. Al Umm, Majalah Pendidikan Keluarga
2. Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, Bedah Islam dari kesyirikan
3. Beberapa Kumpulan Hadist
4. Kitab Fathul Bari Syarah Shahih Al Bukhari, Pustaka Imam Asy Syafi'i
Wednesday, 10 April 2013
GERAKAN FREEMASONRY DI INDONESIA SUATU TINJAUAN HISTORIS
APAKAH ITU FREEMASONRY ? Mungkin anda masih merasa asing dengan kata-kata tersebut, baik dari tulisan saya ini. Saya akan sedikit ulas dan bahas Freemasonry. Freemasonry adalah sebuah organisasi persaudaraan yang asal-usulnya tidak jelas antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Freemasonry kini ada dalam beragam bentuk di seluruh dunia dengan jumlah anggota diperkirakan sekitar 6 juta orang, termasuk 150.000 orang di bawah yurisdiksi Loji Besar Skotlandia dan Loji Besar Irlandia, lebih dari seperempat juga orang di bawah yurisdiksi Loji Besar Bersatu Inggris dan kurang dari dua juta orang di Amerika Serikat Organisasi Freemasonry tidak memunyai pusat dan setiap negara memunyai organisasi yang berdiri sendiri. Sekalipun demikian setiap organisasi Freemasonry di mana pun akan memunyai nomor pendirian dan berhubungan satu dengan lainnya. Freemasonry juga memunyai Master tertinggi yang merupakan master tertinggi dari seluruh Master Freemasonry yang bertugas melakukan koordinasi seluruh Freemasonry yang ada di dunia. Freemasonry merupakan organisasi yang tertutup dan ketat dalam penerimaan anggota barunya. Organisasi ini bukan merupakan organisasi agama dan tidak berdasarkan pada teologi apapun. Tujuan utamanya adalah membangun persaudaraan dan pengertian bersama akan kebebasan berpikir dengan standar moral yang tinggi. Freemasonry sendiri adalah simbolisasi dari pengertian pekerja keras yang memunyai kebebasan berpikir. Kata mason berasal dari bahasa Perancis, maçon, yang artinya "tukang batu". Sekalipun organisasi ini merupakan organisasi hanya bagi kaum laki-laki namun kini sudah banyak pula kelompok Freemasonry wanita. Sebenarnya Organisasi ini adalah Organisasi Sekuler yang sistematis. GERAKAN FREEMASONRY DI INDONESIA Indonesia walaupun penduduknya mayoritas beragama Islam, bahkan yang terbesar di dunia, tetapi sebagian besar tidak menganut ajaran Islam yang sesungguhnya. Kaum Muslimin yang berada di Pulau Jawa lebih dikenal dengan istilah “abangan”. Sedangkan yang berada di daerah lain keadaannya sama saja, Mereka beragama Islam tetapi tidak berjiwa Islam. Kebiasaan hidup mereka telah tercampur dengan adat istiadat setempat, berupa Animisme, Hindu, Budha, Nashrani dan sedikit Islam yang bercampur-baur dengan paham tarikat dan Sufi. Sejarah perkembangan Islam di Indonesia diwarnai dengan berkuasanya berbagai kerajaan. Di sana dikenal adanya kerajaan Demak (Jawa), Bone (Sulawesi), Pagaruyung (Sumatera), dan lain-lain, yang semuanya mengaku sebagai kerajaan Islam. Namun dalam tatacara, kebiasaan dan hukum yang berlaku di sana, hukum (syariat) Islam belum diberlakukan. Hukum rajam bagi pezina dan potong tangan bagi pencuri, belum pemah diberlakukan di kerajaan-kerajaan tersebut. Mereka masih memuja benda-benda azimat, pusaka nenek moyang atau tuah berbagai benda. Bahkan jika kita perhatikan keadaan di Yogyakarta dan Surakarta yang dianggap ada bekas-bekas Islamnya, ternyata di sana yang tampak adalah upacara-upacara syirik belaka. Demikianlah keadaan Indonesia sekilas. Itulah sebabnya ketika muncul gerakan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, ia mendapat tantangan yang berat dari penguasa dan mereka yang mengaku sebagai Muslim. Gerakan Freemasonry dengan segala pengaruhnya telah masuk ke Indonesia sejak masa penjajahan. Ia tidak terlepas dari kiprah penjajah Belanda di Indonesia. Kerajaan Belanda sejak dahulu telah dikenal sebagai tempat pertemuan Freemasonry se-Eropah. Di Benelux (Belanda, Nederland, Luxemburg), gerakan ini tumbuh subur karena pemerintah di sini membolehkan para pejabatnya menjadi anggota.
Gerakan kesukuan semacam Boedhi Oetomo, Paguyuban Pasundan, atau yang sejenis dengannya, dalam tingkah polah para pemimpinnya ternyata sejalan dengan paham-paham dari Gerakan Freemasonry dalam usaha membenci Islam. Bentuk-bentuk partai-partai kebangsaan di Indonesia memiliki pola yang sama dengan partai-partai yang ada di Perancis, buatan Gerakan Freemasonry. Ki Hajar Dewantara yang dianggap sebagai tokoh nasional, dalam kiprahnya di dunia pendidikan di Indonesia, ternyata telah memasukkan faham-faham Freemasonry kepada anak didiknya. Beliau telah menamkan bibit kebencian terhadap Islam pada lembaga pendidikan Taman Siswa. Dengan berbagai usaha, beliau telah menanamkan fondasi sekularisasi pada anak didik, antipati terhadap Islam, menolak diberlakukannya pendidikan agama dengan menggantinya dengan pola pendidikan moral hasil rekayasanya, menolak adanya Allah sebagai Mahapengatur dengan menyebutnya sebagai “kodrat alam”. Demikianlah, dalam kiprahnya ternyata Taman Siswa telah berusaha menjauhkan anak didik yang beragama Islam dari agamanya sendiri. Dengan cara demikian, terjadilah sekularisasi, munculnya anak didik yang acuh tak aculn terhadap agamanya, muncullah generasi yang menganggap bahwa semua agama itu baik dan sama saja. Belanda, pada awal penjajahannya, telah berusaha melumpuhkan Islam dengan cara-cara yang ditempuh oleh Gerakan Freemasonry. Diberinya surat pengangkatan bagi ulama-ulama tertentu. Kita mengenal beberapa ulama yang mendapat surat pengangkatan semisal Khalifah Apo, Hasan Mustafa, Husein Djajadiningrat, dan lainnya. Ditetapkannya buku-buku yang harus diajarkan kepada anak didik, yang itu terbatas hanya masalah rukun iman dan rukun Islam, yang ditambahi dengan hikayat-hikayat yang penuh takhyul. Ia melarang buku-buku yang dapat membangkitkan perlawanan dan semangat jihad kaum Muslimin. Dalam usahanya mengendalikan umat Islam Indonesia, penjajah Belanda mengangkat beberapa orang keturunan Yahudi Belanda, semisal Gobe, Snouck Horgronje, Van der Plass dan lain-lain. Van der Plass, misalnya, ia dengan kejam telah membantai puluhan ribu kaum Muslimin Aceh yang mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Organisasi Islam pertama sekali yang teratur adalah Syarikat Dagang Islam (SDI) yang berdiri tahun 1905. Tujuan pertamanya adalah untuk bersatu-padu dalam dunia perdagangan untuk melawan dominasi etnis Cina yang mendapat dukungan penuh dari Belanda. Namun nama ini kemudian berubah menjadi Syarikat Islam (SI). SI inilah yang bergerak di lapangan politik. Tahun 1914, oleh Belanda didatangkan ke Semarang orang-orang Sosialis yang sekaligus sebagai aktifis Gerakan Freemasonry Belanda. Mereka itu adalah HW Dekker, HMM Sneevliet, J.A. Brandsteder, dan P. Bregsma. Kedatangan mereka ini sengaja untuk menghancurkan SI. Kemudian mereka mendirikan Indische Sociaal Democratiesche Vereniging (ISDV). Selama tiga tahun Gerakan Freemasonry berusaha membuat jaringannya di dalam tubuh SI. Tahun 1917, jaringan tersebut mulai bergerak. Tahun 1918, SI berhasil mereka pecah dalam dua aliran. Muncullah SI Asli, yang tetap mempertahankan Islam sebagai asas; dan SI hasil rekayasa Gerakan Freemasonry beserta unsur-unsur Marxisme. Inilah yang kemudian disebut sebagai SI Kiri atau SI Revolusioner Sosialis, yang dipimpin oleh Muso, Alimin, Samaun, Tan Malaka, dan lain-lain. Tahun 1920, ISDV yang disetir oleh Gerakan Freemasonry Belanda, sengaja memecahkan diri menjadi Indische Sociaal Democratiesche yang merupakan aliran kanan, dan aliran kiri yang menyatukan diri dengan SI Kiri yang akhirnya melahirkan “Syarikat Merah” (SI Merah). Dalam proses kaderisasi, SI Merah ini pernah mengirimkan utusannya ke Moskow dalam usaha mereka membentuk apa yang dinamakan “Komintern” (Komunisme Internasional) yang pusatnya di Kremlin (Moskow). Dari hubungan seperti itulah akhirnya di Indonesia pada tanggal 23 Mei 1920 terbentuk Partai Komunis Indonesia (PKI) di bawah pimpinan Samaun, Darsono, dengan sekretaris partai adalah P. Bregsma, Bendahara partai adalah H.W. Dekker, serta salah seorang anggota terasnya adalah J.A. Brandsteder dan Baars. Tanggal 12 Nopember 1926, muncul pula Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Gerindo. PNI ini memiliki asas yang disebut Marhaenisme. Nama ini berasal dari nama seorang petani di Bandung, yaitu Marhaen. Tetapi sesungguhnya, nama tersebut berarti juga sebagai singkatan dari Marxisrne, Hegelisme dan Nasionalisme. Pada masa itu, muncul dengan subur berbagai pergerakan kebangsaan. Timbullah berbagai perdebatan antara tokoh-tokoh kebangsaan dengan tokoh-tokoh Islam. Mereka yang berkiprah di dalam wadah kebangsaan sering sekali menghina Islam. Kaum Nasionalis menolak paham Islam di dalam wadah apapun, walaupun kebanyakan dari mereka mengaku beragama Islam. Mereka menganggap bahwa Islam itu tidak lebih hanyalah semacam adat istiadat kepercayaan yang berasal dari Arab. Bahkan pernah di antara mereka mengatakan bahwa Digul (tempat pembuangan kaum pergerakan) lebih baik daripada kota Makkah. Soekarno dalam semangat juangnya, mempunyai keinginan meniru jejak Mustafa Kamal Attaturk, anggota Gerakan Freemasonry Turki, seorang yang berhasil menjungkirkan Kekhilafahan Islam yang terakhir dengan segala tipu-dayanya. Soekarno dalam berbagai tulisannya sering memuji pemimpin Turki yang telah menghancurkan Islam itu. Ia pada satu sisi menerima Islam yang dibawakan oleh almarhum Ustadz Hassan bin Ahmad (Hassan Bandung). Namun di sisi lain, ia tidak ingin Islam dijadikan sebagai asas negara. Soekarno dalam berbagai tulisannya tahun 1927, ia merintis adanya penyatuan paham Nasionalisme, Islam dan Marxisme. Ia berangan-angan adanya istilah Nasakom (Nasionalis, agama dan Komunisme) di dalam negara Indonesia.
Demikianlah perilaku kaum pergerakan kebangsaan di Indonesia. Jika kita teliti gerak, ucapan maupun berbagai tulisan mereka, ternyata mereka (sadar maupun tidak) telah menjadi alat pelaksana program-program Gerakan Freemasonry di Indonesia. Dalam kiprahnya untuk memperbesar diri, PKI memecah-mecahkan dirinya menjadi berbagai organisasi, selain PKI sendiri, yang kelak nantinya menjadi kaki tangannya PKI. Pecahan-pecahan PKI itu antara lain adalah: 1. Partai Kornunis Indonesia (PKI) 2. Partai Musyawarah Rakyat Banyak (MURBA) yang dipimpin oleh Ibrahim Tan Malaka.Partai ini mempunyai asas yang disebut “Madilog” (Materialisme, Dialektika dan Logika).("Jadi Ingat Rekan saya ngajar ada yang tidak percaya Alam Kubur, Malaikat, Surga, he he he he,...Semoga baca ini orangnya!!dan cepat sadar untuk kembali ke Islam yang kaffah") 3. Partai Buruh Indonesia 4. Partai Sosialis Indonesia (PSI). Partai ini dipimpin oleh Syahrir. 5. Angkatan Komunisme Muda Dan lain-lain. Pada masa penjajahan Jepang, semua kegiatan partai dan organisasi sosial seperti beku. Namun mulai tahun 1945, semuanya bergerak kembali dengan membentuk pasukan masing-masing. Tanggal 13 Agustus 1948, berdiri Front Demokrasi Rakyat, salah satu bagian dari PKI, yang dipimpin oleh Muso, Maruto, Darusman, Tan Ling Jie, Ngadiman, Cokronegoro, Sutrisno dan Aidit. Melalui wadah ini mereka beraksi menuntut agar Kabinet Hatta diganti dan tentara harus dipimpin oleh kader-kader yang progresif nasional. Tanggal 18 September 1948, timbullah pemberontakan PKI Madiun. Di wilayah ini mereka mendirikan Republik Rakyat Indonesia. Pada aksinya ini, mereka banyak membunuh lawan politiknya, banyak madrasah dan masjid dibakar serta ulama yang dijumpai mereka bunuh. Ketika pemberontakan ini berhasil dipadamkan dan dianggap selesai, Soekamo tidak membubarkan PKI. Angin ini memberi kesempatan kepada mereka untuk membangun kekuatannya kembali. Keadaan Indonesia yang tidak stabil tersebut memang memberikan peluang yang beraneka bentuk bagi Gerakan Freemasonry. Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS) sampai menjadi Republik Indonesia (RI), Soekarno memegang kendali negeri ini sebagai presiden. Dengan kekuasaannya, ia ingin menyatukan paham politik yang bervisi besar, yang disebut gagasan Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunisme). Agar cita-citanya terlaksana, ia membubarkan Dewan Konstituante ketika suara Islam hampir menang. Ia menyuruh agar Indonesia kembali kepada Undang-undang Dasar 1945. Memang dengan cara demikian, Soekarno berhasil mengikis kekuatan Islam sedikit demi sedikit. Soekarno membubarkan partai-partai politik yang menjadi saingan PKI dan partai-partai yang berasaskan nasionalisme. Misalnya ia membubarkan Partai Masyumi dengan alasan bahwa partai Islam ini terlibat pemberontakan PRRI dan Permesta. Dengan cara-cara demikian, Nasakom berdiri dengan mudah. Hubungan dengan negeri-negeri Komunis semisal Cina dan Soviet terus ditingkatkan. Bahkan ia bercita cita menyatukan Indonesia, Malaysia , Timor Timur, Brunei, Kamboja dan Thailand menjadi sebuah negara federasi. Melalui hubungan-hubungan dengan negeri-negeri Komunis itu, terbentuklah poros Jakarta-Hanoi-Pyongyang-Peking (Beijing). Tahun 1965 meletuslah pernberontakan Gestapu PKI yang dibantu oleh sebagian dari orang-orang yang ada di dalam wadah PNI, Partindo dan Baperki. Dalam makar itu, tujuh orang jenderal TNI mereka bunuh. Karena diduga bahwa mereka itu adalah anak buahnya Syahrir, Soekarno acuh tak acuh. G~30-S PKI akhirnya menjatuhkan Soekarno. Dengan berbagai trik yang jitu, Soeharto muncul ke panggung politik Indonesia. Walaupun ketika pembersihan PKI dilakukan dengan memakai tangan-tangan orang Islam namun tokoh-tokoh Islam kalah siasat. Akibatnya, Orde Baru dikuasai oleh kaum nasionalis-sosialis yang antipati terhadap Islam. Mereka mengikis peran Islam, sedikit demi sedikit, misalnya dengan mengeluarkan undang-undang dan peraturan yang mempersempit ruang gerak kaum Muslimin. Keadaan tersebut memungkinkan munculnya Gerakan Freemasonry dengan segala bentuk dan kiprahnya. Dengan adanya angin yang diberikan oleh pemerintah Orde Baru, mereka mendirikan markasnya di Jakarta dalam bentuk lembaga penasehat pemerintah dari segi strategi nasional. Kemudian muncullah bentuk-bentuk Gerakan Freemasonry semisal Lions Club dan Rotary Club. Lewat lobi-lobi yang mereka lakukan, pemerintah Indonesia berhasil dipengaruhi. Salah satu usul mereka yaitu usaha menyatukan partai-partai Islam ke dalam sebuah wadah (yaitu Partai Persatuan Pembangunan – PPP) dan melarang berasaskan Islam, berbagai tabligh dikekang, muncullah organisasi Islam tandingan yang dihimpun di dalam Golongan Karya (Golkar). Aliran kepercayaan diberi tempat. Bahkan disahkan ke dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Padahal semua aliran kepercayaan ini berpedomankan Tri Ratna, yaitu bertuhan tanpa agama, bertaqwa tanpa syara’ dan memiliki wangsit (wahyu) tanpa perlu adanya Nabi. Gerakan Freemasonry Indonesia mengadakan musyawarah tanggal 16 September 1972 di Singapura. Hasil musyawarah itu mereka namakan : “Panca Karsa Utama”, yaitu: 1. Wahana Tanpa Daya. Semua partai politik di Indonesia dibuat hanya nama saja tanpa boleh memiliki kekuatan fisik maupun pengaruh. 2. Triyana Tunggal Sila. Semua parpol harus berasaskan Pancasila. Partai Islam, Katholik, Protestan, harus lenyap, agama dilarang mewarnai panggung politik. Semua partai harus dihimpun ke dalarn tiga partai saja (PPP, PDI dan Golkar) dengan satu asas dan tujuan. 3. Sirna Sangga Kawasa Nagara. Semua organisasi massa harus berasaskan dan bertujuan tunggal. Pancasila harus bersifat terbuka tidak boleh membeda-bedakan agama. Sebab bila membeda-bedakan agama itu berarti sikap terbelakang dan menghambat pembangunan. Semua organisasi keagamaan harus dihilangkan. Semua istilah Islam dan kearab-araban harus dikikis (nama-nama Islam, dan perilaku Islami, misalnya pemakaian jilbab).Keberadaan aliran kepercayaan diperkuat. Zakat fitrah digiatkan untuk kepentingan pembangunan sekularisasi. Perlu diadakan berbagai musabaqah dari tingkat RT sampai nasional dengan tujuan meninabobokan umat Islam, dan agar uang umat Islam tidak dipergunakan untuk kepentingan dakwah dan tabligh. 4. Bhinneka Agama Miraga Tunggal. Semua agama diharapkan mengadakan fusi menjadi satu dalam tempat ibadah tunggal, yang dinamakan Wisma Bhakti Pancasila. Dalam hal ini, membeda-bedakan agama perlu dilarang ketat (perlu dibuat aturan Suku, Agama, Ras -SARA). Juga perlu dibuat perkuburan yang tidak membeda-bedakan agama (disatutempatkan). 5. Nagara Utama. Terwujudnya negara Indonesia yang subur, makmur, dengan berasas tunggal, berkepercayaan tunggal, berbahasa tunggal dan bersuku tunggal, dengan cara menjalankan pembauran di segala bidang (kebangsaan, kesukuan dan keagamaan). Inilah cita-cita Gerakan Freemasonry. Dengan sistematis mereka berusaha untuk mewujudkannya sampai semuanya mereka kuasai. Mereka menghendaki agar jamaah kaum Muslimin hilang dari bumi Indonesia. Dengan demikian, maka hilang pulalah umat Islam, hilang pula kekuatannya. Sumber : 1. id.wikipedia.org/wiki/freemasonry2. Sejarah Indonesia dari Waktu Ke Waktu, Prof. Nugroho Notosusanto3. Gerakan Sosialis Kiri Tan Malaka Dalam Lingkaran Kekuasaan, Budi Setyo4. Marxisme ala Semaun, Alimin sampai Aidit, Bentang5. Aku bukan Komunis, Pramoedya Ananta Toer, Pustaka Karya6. nahimunkar.com/tipu-daya-freemasonry-di-indonesia
Thursday, 14 March 2013
TUGAS UNTUK KELAS XI PEMASARAN
Tugas Selama Liburan Sekolah Dikerjakan di selembar kertas folio bergaris dan dikumpulkan saat masuk sekolah !
SOAL
1. Suatu barang mempunyai harga jual Rp 350.000.000. Tarif PPn 10% dan PPnBM 20%. Hitunglah berapa harga yang harus dibayar oleh konsumen jika barang tersebut dijual !
2. Suatu barang mempunyai harga jual Rp 93.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPn 10% dan PPnBM 20%. Hitunglah berapakah pajak yang harus dibayarkan !
3. Seseorang berpenghasilan Rp 5.000.000 per bulan. Mempunyai istri dan 4 orang anak. Hitunglah PTKP nya !
4. Seorang karyawan bekerja dengan gaji sebulan Rp 8.600.000, iuran jabatan 5%, iuran pensiun 2% dan iuran Tunjangan Hari Tua 1%. Karyawan tersebut telah beristri dan mempunyai satu orang anak. Hitunglah PPh yang dibayarkan setiap bulannya !
5. Seseorang bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji per bulan Rp 2.200.000, karyawan tersebut sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak. Hitunglah PPh yang dibayarkan setiap bulannya !
6. Seseorang bekerja di instansi pemerintah dengan gaji per bulan Rp 1.900.000, iuran pensiun Rp 30.000 dan Iuran Tunjangan Hari Tua Rp 25.000, maka hitunglah berapakah PPh yang harus dibayarkan setiap bulannya !
7. Seorang karyawan gaji yang diperolehnya tiap bulan Rp 16.800.000, iuran jabatan 5% dan Iuran pensiun 2%, sudah beristri dan mempunyai 6 orang anak, maka hitunglah PPh yang harus dibayarkan setiap bulannya !
8. Seseorang bekerja dengan gaji yang diterima mingguan sebesar Rp 650.000. Iuran jabatan sebesar Rp 100.000, sudah menikah dan mempunyai dua orang anak. Hitunglah PPh yang harus dibayarkan setiap bulannya !

Wednesday, 27 February 2013
MENGERASKAN SUARA SAAT DZIKIR SETELAH SHALAT

Dalil yang Jadi Rujukan
Dari Ibnu Jarir, ia berkata, ‘Amr telah berkata padaku bahwa Abu Ma’bad –bekas budak Ibnu ‘Abbas- mengabarkan kepadanya bahwa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – . وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ
“Mengeraskan suara pada dzikir setelah shalat wajib telah ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Aku mengetahui bahwa shalat telah selesai dengan mendengar hal itu, yaitu jika aku mendengarnya.” (HR. Bukhari no. 805 dan Muslim no. 583)
Dalam riwayat lainnya disebutkan,
كُنَّا نَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِالتَّكْبِيرِ
“Kami dahulu mengetahui berakhirnya shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui suara takbir.” (HR. Bukhari no. 806 dan Muslim no. 583)
Berdasarkan hadits di atas, sebagian ulama berpendapat, “Dianjurkan mengeraskan suara pada dzikir setelah shalat.” Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Hazm. Beliau berkata,
ورفع الصوت بالتكبير إثر كل صلاة حسن
“Mengeraskan suara dengan bertakbir pada dzikir sesudah shalat adalah suatu amalan yang baik.” (Al Muhalla, 4: 260)
Demikian juga pendapat Ath Thobari, beliau berkata,
فيه الإبانه عن صحة ما كان يفعله الأمراء من التكبير عقب الصلاة
“Hadits ini sebagai isyarat benarnya perbuatan para imam yang bertakbir setelah shalat.” (Rujuk Fathul Bari, 2: 325)
Pendapat Jumhur
Mayoritas ulama (baca: jumhur) menyelisihi pendapat di atas. Di antara alasannya disinggung oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari.
Setelah menyebutkan perkataan Ath Thobari, Ibnu Hajar Al Asqolani menyebutkan perkataan Ibnu Battol yang mengatakan, “Hal ini tidak pernah dilakukan oleh ulama salaf selain apa yang diceritakan dari Ibnu Habib dalam Al Wadhihah, yaitu mereka senang bertakbir saat peperangan setelah shalat Shubuh, ‘Isya’ dengan tiga kali takbir. Beliau berkata bahwa ini adalah perbuatan yang dilakukan di masa silam. Ibnu Battol dalam Al ‘Utaibah menyebutkan bahwa Imam Malik berkata, “Amalan tersebut muhdats (amalan bid’ah, direka-reka).” (Fathul Bari, 2: 325-326)
Pendapat jumhur inilah yang lebih tepat.
Pijakan Jumhur
Dalam hadits Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »
“Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika sampai ke suatu lembah, kami bertahlil dan bertakbir dengan mengeraskan suara kami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Wahai sekalian manusia. Lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah menyeru sesuatu yang tuli dan ghoib. Sesungguhnya Allah bersama kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha berkah nama dan Maha Tinggi kemuliaan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2830 dan Muslim no. 2704).
Hal ini menunjukkan bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah suka dengan suara keras saat dzikir dan do’a.
Ath Thobari rahimahullah berkata,
فِيهِ كَرَاهِيَة رَفْع الصَّوْت بِالدُّعَاءِ وَالذِّكْر ، وَبِهِ قَالَ عَامَّة السَّلَف مِنْ الصَّحَابَة وَالتَّابِعِينَ اِنْتَهَى
“Hadits ini menunjukkan dimakruhkannya mengeraskan suara pada do’a dan dzikir. Demikianlah yang dikatakan para salaf yaitu para sahabat dan tabi’in.” (Fathul Bari, 6: 135)[1]
Adapun anjuran mengeraskan suara pada dzikir sesudah shalat, tidaklah tepat. Karena yang dilakukan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidaklah membiasakan hal itu. Beliau boleh jadi pernah melakukannya, namun hanya dalam rangka ta’lim atau pengajaran, bukan kebiasaan yang terus menerus. Demikianlah pendapat Imam Syafi’i dan pendapat mayoritas ulama lainnya. Imam Syafi’i dalam Al Umm (1: 151) berkata,
وأحسبه إنما جهر قليلا ليتعلم الناس منه وذلك لأن عامة الروايات التي كتبناها مع هذا وغيرها ليس يذكر فيها بعد التسليم
“Aku menganggap bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menjaherkan suaranya sedikit untuk mengajari para sahabat. Karena kebanyakan riwayat yang aku tulis dan riwayat lainnya menyebutkan bahwa beliau tidak berdzikir dengan tahlil dan takbir setelah salam. Dan terkadang beliau juga berdzikir dengan tata cara yang pernah disebutkan.”
Imam Syafi’i berpendapat bahwa asal dzikir adalah dengan suara lirih (tidak dengan jaher), berdalil dengan ayat,
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula terlalu merendahkannya” (QS. Al Isro’: 110). Imam Syafi’i rahimahullah berkata tentang ayat tersebut, “Janganlah menjaherkan, yaitu mengeraskan suara. Jangan pula terlalu merendehkan sehingga engkau tidak bisa mendengarnya sendiri.” (Al Umm, 1: 150)
Imam Asy Syatibi rahimahullah berkata, “Do’a jama’i atau berjama’ah (dengan dikomandai dan satu suara) yang dilakukan terus menerus tidak pernah dilakukan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana pula tidak ada perkataan atau persetujuan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan amalan ini. Dalam riwayat Bukhari dari hadits Ummu Salamah disebutkan, “Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya diam sesaat setelah salam.” Ibnu Syihab berkata, “Beliau diam sampai para wanita keluar. Demikian anggapan kami.” Dalam riwayat Muslim disebutkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Beliau tidaklah duduk selain sekadar membaca, “Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaroka ya dzal jalaali wal ikrom.” (Al I’tishom, 1: 351)
Namun perlu diperhatikan bahwa hadits Ibnu ‘Abbas yang telah kami sebutkan bukanlah dalil dzikir dengan satu suara (dzikir jama’ah). Dalil tersebut tidak menunjukkan bahwa dzikir sesudah shalat harus dikomandoi oleh seorang imam sebagaimana kita saksikan sendiri di beberapa masjid di sekitar kita. Yang tepat adalah dzikir dilakukan secara individu, tanpa dikomandoi dan tidak dengan suara keras.
Faedah dari Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan, “Yang disunnahkan dalam setiap do’a adalah dengan melirihkan suara kecuali jika ada sebab yang memerintahkan untuk menjaherkan. Allah Ta’ala berfirman,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al A’rof: 55)
Allah menceritakan tentang Zakariya,
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا
“Yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 3)
Demikian pula yang diperintahkan dalam dzikir. Allah Ta’ala berfirman,
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ
“Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang.” (QS. Al A’raf: 205). Dalam shahihain disebutkan bahwa para sahabat pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan. Mereka mengeraskan suara mereka saat itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ أَرْبِعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ؛ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَإِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا إنَّ الَّذِي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ
“Wahai sekalian manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah berdo’a pada sesuatu yang tuli lagi ghoib (tidak ada). Yang kalian seru (yaitu Allah), Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Sungguh yang kalian seru itu lebih dekat pada salah seorang di antara kalian lebih dari leher tunggangannya.” Inilah yang disebutkan oleh para ulama ketika dalam hal shalat dan do’a, di mana mereka sepakat akan hal ini. (Majmu’ Al Fatawa, 22: 468-469)
Faedah Dzikir dengan Lirih
Berikut di antara faedah dzikir dan do’a lebih baik dengan suara lirih:
Pertama: Menunjukkan keimanan yang baik, karena orang yang berdzikir dengan melirihkan suara berarti mengimani Allah akan selalu mendengar seruan hamba-Nya meskipun lirih.
Kedua: Inilah adab yang mulia di hadapan Al Malik, Sang Raja dari segala raja. Ketika seorang hamba bersimpu di hadapan Sang Raja, tentu saja ia tidak mengeraskan suara.
Ketiga: Lebih menunjukkan ketundukkan dan kekhusyu’an yang merupakan ruh dan inti do’a. Orang yang meminta tentu saja akan merendahkan diri, akan menundukkan hatinya pada yang diminta. Hal ini sulit muncul dari orang yang mengeraskan do’anya.
Keempat: Lebih meraih keikhlasan.
Penutup
Setelah mengetahui hal ini, kita perlu menghargai sebagian orang yang mengeraskan suara pada dzikir sesudah shalat. Mereka jelas memiliki acuan, tetapi kurang tepat karena tidak merujuk lagi pada riwayat lainnya. Yang tidak tepat bahkan dinilai bid’ah adalah berdo’a dan berdzikir berjama’ah dengan satu suara. Ini jelas tidak pernah diajarkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihat sekali lagi perkataan Asy Syatibi di atas.
عَنْ عَائِشَةَ ( وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا ) أُنْزِلَتْ فِى الدُّعَاءِ .
Dari ‘Aisyah, mengenai firman Allah, “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula terlalu merendahkannya”. Ayat ini turun berkenaan dengan masalah do’a. (HR. Bukhari no. 6327)
Ingatlah, sebaik-baik petunjuk adalah tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Friday, 22 February 2013
BERKHALWAT MENDEKATKAN PADA SETAN.....?????
Dari ; Umar bin Al
Khattab, beliau berkhutbah di hadapan sebuah majelis di Jabiyah (Damaskus). Lalu
beliau membawakan sabda Nabi SAW : “ Janganlah salah seorang diantara kalian
berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang
ketiganya, maka barang siapa yang bangga dengan kebaikkan dan sedih dengan
keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin.” (HR Ahmad).Daripada setan yang menemani kita lebih baik malaikat bukan ?
Mengaji, Shalat Sunnah, Berdzikir adalah malaikat yang menemaninya. Jika
Sebagai wanita yang cerdas pasti memilih di damping malaikat?Bukan kah begitu?Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah
termasuk panah-panah setan. Kalau Cuma sekilas saja atau spontanitas atau tidak
sengaja maka tidak menjadi masalah pandangan mata tersebut, pandangan pertama
yang tidak sengaja diperbolehkan. Namun selanjutnya adalah haram. Ketika
melihat lawan jenis, maka cepatlah kita tundukkan pandangan itu, sebelum Iblis
memasuki atau mempengaruhi pikiran di hati kita.Jika seorang anak muda remaja mungkin bisa kita memperingatkannya
tetapi jika yang melakukan adalah teman sekantor. Dimana keseharian kita sering
bertemu dan berinteraksi langsung bagaimana cara mengingatkannya?Melalui sindiran halus mungkin dapat dilakukan ataupun dengan
contoh sebuah perilaku. Dengan alasan apapun, walau misalkan mereka tidak melakukan
apapun, tetaplah hal demikan (Berkhalwat) tidak dibenarkan.“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut,
karena syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.(”Dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani )“Dari Ibnu Abbas, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Janganlah seorang laki-laki
berkhalwat dengan seorang wanita kacuali jika bersama dengan mahrom sang wanita tersebut, Lalu berdirilah
seseorang dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, istriku keluar untuk berhaji, dan aku
telah mendaftarkan diriku untuk berjihad pada perang ini dan itu,’ maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Kembalilah!, dan berhajilah
bersama istrimu.(HR AL Bukhori)"Sudah selayaknya sebagai
seorang Muslim-Muslimah baik remaja atau dewasa, kita mempunyai niat yang
sungguh-sungguh untuk mematuhi adab-adab bergaul dengan lawan jenis tersebut.
Semoga Allah memudahkan usaha kita. Amin.
Tuesday, 12 February 2013
Tips Presentasi saat Maju Ujian UKK tanggal 16 Februari 2013
1. Ketahui dan ingat baik-baik point penting dalam presentasi kalian. Persiapkan itu dan jangan sampai ketika kalian melakukan presentasi, kalian melupakan hal-hal tersebut.
2. Sebelumnya,bertanyalah dan jawablah sendiri mengapa kira-kira kalian maju sebagai perwakilan kelompok untuk presentasi dan Penguji mendengarkan apa yang kalian akan sampaikan. Penguji tentu berada di ruang itu adalah untuk alasan tertentu. Sangatlah penting untuk memahami mengapa Penguji harus mendengarkan Presentasimu, Jadi buatlah semenarik mungkin untuk Pengujinya.
3. Membuat koneksi dengan Penguji. Karena Presentasi selalu dimulai dengan membuat sebuah hubungan emosional dengan para audiens (tetapi dalam hal ini mungkin di ruang Aula SMK IKIP nantinya hanya ada Penguji saja), meskipun tujuannya adalah untuk menjual sesuatu produk usaha
, Koneksi ini akan dapat membangun empati, yang pada gilirannya mendorong Penguji kalian untuk lebih mudah menerima apa yang kalian katakan. Jadi kuasailah ruangan itu seisinya dengan sebaik-baiknya.
4. Jaga fokus Penguji hanya pada diri kalian dan isi presentasi kalian. Bunuh kebosanan mereka dengan spontanitas yang terarah dari kalian, mungkin sedikit lawakan dapat mencairkan suasana.(Ingat jika bisa melakukan joke atau lawakan, jika tidak bisa tidak perlu melakukannya)
5. Ketahui lebih mendalam tentang apa yang ingin kalian sampaikan, karena explorasi diri pada presentasi dan spontanitas akan lebih terasa menarik didengarkan daripada melihat kalian seperti buku yang berbicara. Disamping penguasaan cerita yang baik maka kalianpun juga harus mencari dan menemukan gaya kalian sendiri karena hal ini dapat memberi image seorang presenter yang elegant…jadi, bila kalian ingin mempresentasikan sesuatu secara benar, maka presentasikan pula diri kalian kepada Penguji secara menarik dan benar.(Ingat dalam hal ini materi Proposal Usaha yang kalian buat TIDAK perlu DIHAFALKAN)
Apapun jenis Proposal Usaha yang akan kalian Presentasikan, Tips ini saya pikir sangat cocok untuk mereka yang belum terbiasa melakukan presentasi.
Dan saya harapkan semoga kalian semua sukses,...............!!!!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)